TUGAS
PENELITIAN BIOLOGI
OSMOSIS
PADA KENTANG
Kelompok
2:
Intan
Nur Cahya
Luthviani
Safitri
Sihombing,
Cicilia Yolanda
Sya’idah
Alawiah Dzakwan
Tiara
Indah Olivia
SMAN
10 SAMARINDA
KALIMANTAN
TIMUR
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi
membran sel adalah sebagai pengatur keluar masuknya zat kedalam sel. Osmosis
adalah perpindahan molekul-molekul air (zat pelarut) dari hipotonik (hipotonis)
menuju larutan dengan hypertonik (hipertonis) melalui membran semi permiabel.
Contoh dalam proses osmosis diantaranya adalah kentang. Kentang merupakan salah
satu bahan yang dapat digunakan untuk praktikum terjadinya osmosis. Dengan
melakukan percobaan osmosis pada kentang kita bisa mengetahui bagaimana proses
osmosis.
B. Tujuan Penelitian
Laporan dan penenilitian ini
memeliki tujuan untuk mengetahui apakah ada perubahan massa atau bentuk kentang
yang di larutkan dengan air biasa, air dengan kadar gula yang seimbang, dan air
dengan kadar gula yang melebihi.
C. Rumusan Masalah
1.
Apakah ada pengaruh
larutan gula terhadap tekstur dan panjang kentang?
2.
Apakah kadar larutan
gula yang berbeda dapat mempengaruhi kentang dan apakah hasilnya berbeda?
D. Hipotesis
Ada pengaruh larutan gula terhadap tekstur
dan panjang kentang pada air biasa bertambah dan bentuknya padat, pada larutan
yang kadar gulanya seimbang tekstur dan panjang kentang tidak berubah dan dan
pada air yang kadar gulanya melebihi tekstur dan panjang kentangnya mengecil
dan lentur.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Larutan Gula
Gula
adalah suatu karbohidrat
sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula
paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula
digunakan untuk mengubah rasa
menjadi manis dan keadaan makanan
atau minuman. Gula sederhana,
seperti glukosa (yang diproduksi
dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis
asam), menyimpan energi
yang akan digunakan oleh sel.
1. Gula Sebagai Komudit
Gula
sebagai komoditi
Gula
sebagai sukrosa diperoleh dari nira
tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian,
terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber
pemanis lain, seperti umbi dahlia,
anggur, atau bulir jagung, juga menghasilkan
semacam pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa sebagai komponen utama.
Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstraksi (pemerasan) diikuti
dengan pemurnian melalui distilasi
(penyulingan).
Negara-negara
penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat seperti Australia, Brasil, dan Thailand. Hindia-Belanda (sekarang
Indonesia) pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, namun
kemudian tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun
2001/2002 gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali
lipat lebih banyak dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil
gula terbesar adalah Amerika Latin,
negara-negara Karibia,
dan negara-negara Asia Timur.
Lain halnya dengan
gula bit yang diproduksi di tempat dengan iklim yang lebih sejuk seperti Eropa Barat Laut dan
Timur, Jepang utara, dan beberapa daerah di Amerika Serikat, musim penumbuhan
bit berakhir pada pemanenannya di bulan September. Pemanenan dan pemrosesan
berlanjut sampai Maret di beberapa kasus. Lamanya pemanen dan pemrosesan
dipengaruhi dari ketersediaan tumbuhan, dan cuaca. Bit yang telah dipanen dapat
disimpan untuk di proses lebih lanjut, namum bit yang membeku tidak bisa lagi
diproses.
Pengimpor gula
terbesar adalah Uni Eropa
(UE). Peraturan pertanian di UE menetapkan kuota maksimum produksi dari setiap
anggota sesuai dengan permintaan, penawaran, dan harga. Sebagian dari gula ini
adalah gula "kuota" dari industry
levies, sisanya adalah gula "kuota c" yang dijual pada harga
pasar tanpa subsidi. Subsidi-subsidi
tersebut dan pajak
impor yang tinggi membuat negara lain susah untuk mengekspor ke negara negara
UE, atau bersaing dengannya di pasar dunia. Amerika Serikat menetapkan harga
gula tinggi untuk mendukung pembuatnya, hal ini mempunyai efek samping namun,
banyak para konsumen beralih ke sirup jagung
(pembuat minuman) atau pindah dari negara itu (pembuat permen)
Pasar gula juga diserang oleh harga sirup
glukosa yang murah. Sirup tersebut di produksi dari jagung (maizena), Dengan
mengkombinasikannya dengan pemanis buatan pembuat minuman dapat memproduksi
barang dengan harga yang sangat murah.
2. Sejarah Gula di Indonesia
Sumber
gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang
tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di
bagian timur.
Ketika orang-orang Belanda mulai membuka
koloni di Pulau Jawa
kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh tuan-tuan tanah
pada abad ke-17, pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang
ke arah timur.
Puncak kegemilangan
perkebunan tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik
pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun[1].
Penurunan harga gula akibat krisis ekonomi merontokkan industri ini dan pada
akhir dekade hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per
tahun. Situasi agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93
pabrik dan prduksi 1,5 juta ton. Seusai Perang Dunia II, tersisa
30 pabrik aktif. Tahun 1950-an menyaksikan aktivitas baru sehingga Indonesia
menjadi eksportir netto. Pada tahun 1957 semua pabrik gula dinasionalisasi dan
pemerintah sangat meregulasi industri ini. Sejak 1967 hingga sekarang Indonesia
kembali menjadi importir gula.
Macetnya riset
pergulaan, pabrik-pabrik gula di Jawa yang ketinggalan teknologi, tingginya
tingkat konsumsi (termasuk untuk industri minuman ringan), serta
kurangnya investor untuk pembukaan lahan tebu di luar Jawa menjadi penyebab
sulitnya swasembada gula.
Pada tahun 2002
dicanangkan target Swasembada Gula 2007[2].
Untuk mendukungnya dibentuk Dewan Gula Indonesia pada tahun 2003 (berdasarkan
Kepres RI no. 63/2003 tentang Dewan Gula Indonesia)[3]. Target ini
kemudian diundur terus-menerus.
3. Macam-macam Gula
Gula merah
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Gula merah
Gula merah adalah
jenis gula yang dibuat dari nira,
yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Gula merah yang
dipasarkan dalam bentuk cetakan batangan silinder, cetakan setengah bola dan
bubuk curah disebut sebagai gula semut
Gula tebu
Gula
tebu kebanyakan dipasarkan dalam bentuk gula kristal curah. Pertama tama bahan
mentah dihancurkan dan diperas, sarinya dikumpulkan dan disaring, cairan yang
terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan (biasanya menggunakan kalsium oksida) untuk
menghilangkan ketidakkemurnian, campuran tersebut kemudian diputihkan dengan belerang dioksida.
Campuran yang terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan sampah yang mengambang
kemudian dapat dipisahkan. Setelah cukup murni, cairan didinginkan dan
dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat dituang
ke cetakan. Sebuah mesin
sentrifugal juga dapat digunakan pada proses kristalisasi.
Gula batu adalah gula tebu
yang tidak melalui tahap kristalisasi. Gula kotak/blok adalah gula kristal
lembut yang dipres dalam bentuk dadu. Gula mentah (raw sugar) adalah gula kristal yang dibuat tanpa melalui proses
pemutihan dengan belerang. Warnanya agak kecoklatan karena masih mengandung molase.
Gula bit
Setelah
dicuci, bit kemudian di potong potong dan gulanya kemudian di ekstraksi dengan
air panas pada sebuah diffuse.
Pemurnian kemudian ditangani dengan menambahkan larutan kalsium oksida dan karbon dioksida. Setelah
penyaringan campuran yang terbentuk lalu dididihkan hingga kandungan air yang
tersisa hanya tinggal 30% saja.
Gula kemudian diekstraksi
dengan kristalisasi terkontrol. Kristal gula pertama tama dipisahkan dengan mesin
sentrifugal. Sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan kristal gula
dengan molasses. Upaya agar sentrifugasi berlangsung secara optimal adalah
dengan pengaturan kecepatan putaran. Kecepatan putaran sangat mempengaruhi
kekuatan mesin tersebut dalam melepaskan lapisan molasses dari kristal gula.
Kecepatan putaran sentrifugasi dan cairan yang tersisa digunakan untuk tambahan
pada proses kristalisasi selanjutnya. Ampas yang tersisa (dimana sudah tidak
bisa lagi diambil gula darinya) digunakan untuk makanan ternak dan dengan itu
terbentuklah gula putih yang kemudian disaring ke dalam tingkat kualitas
tertentu untuk kemudian dijual.
B. Air Mineral
Air
mineral adalah air yang mengandung mineral atau bahan-bahan
larut lain yang mengubah rasa atau memberi nilai-nilai terapi. Banyak kandungan
Garam, sulfur, dan gas-gas yang larut di dalam air ini. Air mineral biasanya
masih memiliki buih. Air mineral bersumber dari mata air yang berada di
alam. Di Indonesia,
bisnis air mineral dimulai pada tahun 1973 dengan merek Aqua, bisnis tersebut
didirikan oleh Tirto Utomo
dan Ibnu Sutowo. Mineral juga
merupakan sumber minuman kepada atlet. Mineral dapat menggantikan dan
memulihkan sel-sel badan yang lama kepada sel yang baru. Namun hakikatnya air
mineral adalah lebih mahal daripada air minuman.
C. Kentang
Kentang
(Solanum tuberosum L.) adalah tanaman
dari suku Solanaceae
yang memiliki umbi batang
yang dapat dimakan dan disebut "kentang" pula. Umbi kentang sekarang
telah menjadi salah satu makanan pokok
penting di Eropa walaupun
pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan.
Bunga kentang.
Tanaman
kentang asalnya dari Amerika Selatan dan telah dibudidayakan oleh penduduk di
sana sejak ribuan tahun silam. Tanaman ini merupakan herba (tanaman pendek
tidak berkayu) semusim dan menyukai iklim yang sejuk. Di daerah tropis cocok
ditanam di dataran tinggi.
Bunga sempurna dan
tersusun majemuk. Ukuran cukup besar, dengan diameter sekitar 3cm. Warnanya berkisar dari
ungu hingga putih.
Persebaran
Menurut
sejarahnya, kentang
berasal dari lembah-lembang
dataran tinggi di Chili, Peru, dan Meksiko. Jenis tersebut
diperkenalkan bangsa
Spanyol dari Peru ke Eropa
sejak tahun 1565. Semenjak itulah, kentang menyebar ke negara-negara lain
-termasuk Indonesia-.
Menurut catatan awal di Indonesia, tumbuhan ini mulai ada semenjak tahun 1794,
dimulai dengan penanaman di sekitar Cimahi.[1]
Semenjak itu, kentang dapat ditemui pula di Priangan dan Gunung
Tengger. Pada tahun 1812,
kentang sudah dikenal dan dijual di Kedu.
Sedangkan, di Sumatera
tumbuhan ini dikenal setahun sebelumnya, 1811. Kentang tumbuh di pegunungan dengan ketinggian
antara 1000 mdpl hingga
2000 mdpl, pada tanah
humus. Tanah bekas letusan
gunung berapi yang
berstruktur remah lebih disukai.[1]
Kentang
di pasaran
Bermacam-macam umbi
kentang di pasar.
Di pasaran, kentang
dipisah-pisahkan menurut ukurannya dan dinamakan kualitas A, B, C, dan D.
Kualitas A adalah yang terbaik. Penyebutan 'kentang kualitas AB' berarti
campuran dari kualitas A dan B.
D. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan
molekul air melalui selaput semipermiabel selektif dari bagian yang lebih encer
ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh
pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan
sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat
secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat
menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan
untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk
ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik
merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada
konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Osmosis adalah suatu topik
yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air
dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat
Waktu
: Sabtu, 22.00 – Minggu 07.00 WITA
Tempat
: Asrama Putri SMAN 10 Samarinda
B. Alat dan Bahan
1.
Mistar
2.
Tiga buah mangkok
3.
Kentang
4. Air
biasa
5.
Larutan Gula 25%
dan 100%
6.
Pisau
7.
Tissue
C. Prosedur Kerja
1. Buatlah potongan kentang berbentuk
persegi panjang dengan panjang : 2.5 cm.
2. Buatlah potongan kentang tersebut
sebanyak 3 buah
3. Sediakan 3 buah mangkok dan
masing-masing diberi label A, B, dan C
4. Masukkan air biasa kedalam mangkok
A. Masukkan air biasa dengan kadar larutan gula 25% kedalam mangkok B. Dan masukkan
air biasa dengan kadar larutan gula 100% pada mangkok C.
5. Ukurlah panjang setiap kentang
sebelum dimasukkan kedalam mangkok tersebut.
6. Setelah itu, masukkan masing-masing
potongan kentang pada gelas A, B, dan C
7. Kemudian diamkan selama 1 jam
Setelah
itu, ukurlah kembali tinggi air/larutan pada setiap mangkok serta tinggi dan
tekstur setiap kentang.
No
|
Mangkok
|
Kentang
|
Panjang Awal
|
Panjang Akhir
|
Tekstur
|
1
|
A
|
1
|
2.5 cm
|
2.7 cm
|
Keras, kaku
|
2
|
B
|
1
|
2.5 cm
|
2.49 cm
|
Lembek
|
3
|
C
|
1
|
2.5 cm
|
2.3 cm
|
Lembeksekali, lentur,
dapat di bentuk huruf U
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
|
B. Pembahasan
Dari tabel di atas, di peroleh hasil
pada mangkok A yaitu kentang yang mulanya memiliki panjang 2,5 cm bertambah 0,2
cm sehingga panjangnya menjadi 2,7 cm.
Dan memiliki tekstur yang keras dan kaku. Pada mangkok B, kentang yang mulanya
memiliki panjang 2,5 cm berkurang 0,01 cm sehingga panjangnya menjadi 2,49 cm.
Dan memiliki tekstur yang lembek. Pada mangkok C, kentang yang mulanya memiliki
panjang 2,5 cm berkurang 0,2 cm sehingga panjangnya menjadi 2,3 cm dan memiliki
tekstur yang sangat lembek bahkan kentangnya dapat dibentuk huruf U.
Saat kentang direndam dalam larutan gula 25% dan 100% akan
terjadi perpindahan air secara osmosis dari sel-sel kentang keluar menuju ke
larutan. Perpindahan air ini terjadi karena sel-sel kentang hipotonis terhadap
larutan gula yang hipertonis.
Saat kentang direndam dalam air biasa mengalami difusi
dimana kandungan air yang ada di luar kentang lebih besar sehingga air cenderung
masuk dan menyebabkan berat kentang bertambah (hipotonis).
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Pustaka